Jumat, 30 Mei 2014

Mengapa Seorang Caleg Kesulitan Mendulang Suara Padahal Tersedia Ratusan Ribu Calon Pemilih?

Pertanyaan ini sungguh menarik. Mengapa Seorang Caleg Kesulitan Mendulang Suara Padahal Tersedia Ratusan Ribu Calon Pemilih?

Silahkan anda perhatikan salah satu dapil di kabupaten Bekasi. Lihat saja DPT di DAPIL 1 sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.


Anda tentu akan menemukan bahwa ternyata DPT dapil 1 terdapat sekitar 400 ribu calon pemilih yang menyebar di enam kecamatan.

Dari 400 ribu ini mengapa beberapa caleg pemenang di pileg 2014, hanya dengan suara dibawah 4 ribu saja sudah menang. 4 ribu dari 400 ribu tentu jumlah yang timpang yang menggambarkan betapa sulitnya seorang caleg untuk mendapatkan calon pemilih. Mengapa demikian?

Beberapa penyebabnya mungkin sebagai berikut :

  1. Caleg tidak pernah turun ke lapangan/ tidak pernah terjun ke masyarakat sehingga tidak kenal. Bagaimana mungkin mau mencoblosnya, kenal saja tidak.
  2. Caleg tidak punya jaringan tim pemenangan yang banyak sehingga marketing politik kurang berjalan maksimal.
  3. Caleg tidak memiliki peta suara dirinya sehingga tidak melihat diwilayah mana basis pemilih dirinya, mana wilayah abu-abu, mana wilayah musuh. Bagaimana mungkin bisa menang bila perang tak kenal medan perang.
  4. Caleg tidak memiliki rencana pemenangan, tidak pernah mengevaluasi atau memonitor kemajuan langkah pemenangan. 
  5. Langkah pemenangan kurang memperhatikan sisi data lapangan sehingga pemenangan tidak terukur terutama mengenai kemajuan jumlah dukungan atau calon pemilih.
  6. dll.
Bisa jadi beberapa caleg sudah menggelontorkan banyak uang dengan cara yang salah sehingga uang berhamburan begitu banyak sehingga rasanya mencekik leher namun tetap saja KALAH. 

Beberapa penyebabnya mungkin sebagai berikut :
  1. Terjebak oleh orang-orang yang aji mumpung memanfaatkan moment pemilu dengan berpura-pura mereka bisa membawa massa untuk mencoblos kandidat padahal mereka mengincar uang sang caleg.
  2. Ketika menyebar amplop,caleg memberikan kepada orang yang salah. Yang terjadi justru, amplop tidak dibagikan semua atau isinya di sunat sehingga tidak sesuai dengan jumlah semula. Uang tersebut masuk ke kantong sang oknum tim sukses caleg.
  3. Uang yang disebar tidak tepat sasaran. Masyarakat mengambil uang yang disebar tetapi mencoblos kepada caleg lain. Atau, pemilih tidak tahu secara teknis bagaimana mencoblos sang caleg di kertas suara sehingga akhirnya yang dipilih adalah bendera partai bukan nomor atau nama caleg.
  4. dll.
Bila was-was atau ingin pemenangan menjadi terencana, terukur dan  akurat cobalah menggunakan penyedia jasa survei atau pendampingan pemenangan (konsultan politik).

Salah satu penyedia jasa survei dan pendampingan pemenangan yang bisa anda dapatkan adalah JSMI.

Jaringan yang sudah menyebar luas hingga ke tingkat TPS-TPS merupakan jaminan peluang pemenangan semakin mudah dengan peluang menang lebih besar.

Seorang caleg di pemilu 2014 dikabarkan menghabiskan 2 milyar. Tragisnya adalah tetap saja sang caleg kalah.

Kasus lainnya adalah, seorang caleg menyebar amplop serangan fajar sebanyak 3000 amplop di daerah tetentu. Ternyata suara hanya mendapat 1600 suara.

Juga, seorang caleg dikabarkan menyebar 300 amplop tetapi hanya mendapat 80 suara. Kemana amplop itu larinya?

Jangan sampai terjadi lagi menghambur-hamburkan uang. Menghabiskan uang 2 milyar tanpa langkah yang terencana dan terukur tentu ini langkah konyol.

Bisa jadi bila menggunakan jasa konsultan politik hanya menghabiskan 1 milyar. Ini tentu ada penghematan 1 milyar.

Bila anda caleg kabupaten Bekasi, anda bisa memanfaatkan jasa JSMI Bekasi, silahkan baca Jenis Layanan JSMI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar